To be honest, at first I'm a bit skeptical about this book. Selama ini aku berusaha untuk enggak memilih buku yang fokus dengan satu ajaran agama tertentu. Dan buku ini, Jay Shetty sendiri adalah pemeluk agama Hindu dan dulunya pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi Hindu monk. Di buku ini memang cukup banyak penjelasan tentang ajaran-ajaran di agama Hindu, tetapi setelah aku baca sampai habis, penjelasannya hanya sekitar 40%? Selebihnya cerita tentang Jay yang memang tertarik dengan pengembangan diri, sampai akhirnya memutuskan menjadi monk tetapi batal, dan cara dia menerapkan apa yang dia pelajari di ashram ke dunia modern.
Aku enggak tau apakah kalian juga pernah memikirkan hal yang sama, tetapi terkadang saat kondisi sedang sulit, atau melelahkan, beberapa kali terlintas di pikiran aku dialog seperti "hmm.. mungkin enak ya jadi monk, hidupnya tenang, enggak banyak pikiran, enggak takut kekurangan uang dan barang materialistis". Setelah membaca cerita Jay, menjadi monk enggak semudah yang kita pikirkan. Dan menjadi monk enggak selalu cocok untuk semua orang. Sama seperti profesi lainnya, monk juga perlu terus berlatih seumur hidup. Dan untuk menerapkan konsep-konsep itu enggak selalu harus mendedikasikan diri menjadi monk yang tinggal di ashram. Kita juga bisa menerapkannya di dunia luar.
Saat membaca cerita Jay selama di ashram, aku sedikit teringat dengan buku Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert. I guess they have kinda similar experience karena Jay sendiri walaupun keturunan India, tetapi lahir dan besar di Inggris. Jadi aku sebagai pembaca juga merasa mudah menangkap karena dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Aku enggak tau apakah kalian juga pernah memikirkan hal yang sama, tetapi terkadang saat kondisi sedang sulit, atau melelahkan, beberapa kali terlintas di pikiran aku dialog seperti "hmm.. mungkin enak ya jadi monk, hidupnya tenang, enggak banyak pikiran, enggak takut kekurangan uang dan barang materialistis". Setelah membaca cerita Jay, menjadi monk enggak semudah yang kita pikirkan. Dan menjadi monk enggak selalu cocok untuk semua orang. Sama seperti profesi lainnya, monk juga perlu terus berlatih seumur hidup. Dan untuk menerapkan konsep-konsep itu enggak selalu harus mendedikasikan diri menjadi monk yang tinggal di ashram. Kita juga bisa menerapkannya di dunia luar.
Saat membaca cerita Jay selama di ashram, aku sedikit teringat dengan buku Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert. I guess they have kinda similar experience karena Jay sendiri walaupun keturunan India, tetapi lahir dan besar di Inggris. Jadi aku sebagai pembaca juga merasa mudah menangkap karena dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Sejujurnya pembahasan di buku ini cukup beragam. Ada pembahasan tentang detachment from material things, not to labeling any things, persons, or situations in your life (as good or bad or more important or less important than the other), about ego, gratitude, dan lainnya. Buku ini seperti rangkuman spiritual self help book yang pernah aku baca sebelumnya (enggak heran kenapa cukup tebal). Buku ini memang enggak sedetil buku lain yang fokus dengan satu pembahasan, tetapi aku merasa buku ini bisa mengingatkan kembali otak kita dengan konsep-konsep tersebut.
Some of my favorite quotes:
Chapter 3: Fear
"People often equate detachment with indifference. They think that seeing things, people, and experiences as temporary or seeing them from distance diminishes our ability to enjoy life, but that's not the case. When we acknowledge that all our blessing are like a fancy rental car, or a beautiful Airbnb, we are free to enjoy them without living in constant fear of losing them. We are the lucky vacationers enjoying our stay in Hotel Earth."
Chapter 5: Purpose
"No one organ was more important than another; all of them worked in concert, and the body needed them all"
"Lesson I learned at the ashram--every task is an essential organ. None is less important than the others, and none of us is too important to do any chore. When you're satisfied in your dharma (purpose), you can without envy or ego, appreciate others who are good at another skill. When I encounter doctors or soldiers or people in any number of other careers, I think, That's extraordinary. It's amazing. But it's not me."
Chapter 6: Ego
"The ego wants everyone to like you. High self-steem is just fine if the don't. The ego thinks it knows everything. Self-esteem thinks it can learn from anyone. The ego wants to prove itself. Self-esteem wants to express itself."
Chapter 10: Relationship
"Too often we love people who don't love us, but we fail to return the love of others who do"
0 komentar
Thank you ya sudah mampir dan meninggalkan komentar 😍