Shop for Cheapo

Eco-Friendly & Affordable Tips to Maximize Our Life

Pages

  • Beauty
  • Fashion
  • Sustainable Living
  • Book of The Month
  • Vegetarian Journey
Do not copy without permission. Copyright to Diah Fara Dilla. Diberdayakan oleh Blogger.
 

When the weather is going cloudy, it's not only sweater weather, but perfect weather to read Harry Potter series, won't it? Hahaha enggak juga sih sebetulnya, tapi kemarin gara-gara nonton video review Agnes Oryza soal buku Harry Potter and the Cursed Child (yang ternyata belum pernah aku baca astaga >.<), akhirnya aku memutuskan untuk baca ulang semua bukunya sebelum tahun baru 2022. Terlalu ambisius enggak sih? Wkwkwk..
 
Apalagi tanggal 1 Januari 2022 di HBO ada perayaan Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts, yay! Jadi harus banget baca bukunya dan nonton semua film-nya sebelum awal tahun. 

View this post on Instagram

A post shared by HBO Asia (@hboasia)


Yah, entah tercapai atau enggak tentang resolusi yang mengada-ada itu, tetapi aku enggak menyesal baca ulang buku Harry Potter. Maka dari itu, di segmen book of the month bulan ini aku ingin merekomendasikan salah satu bukunya, yaitu...
 
𝐇𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐏𝐨𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐨𝐫𝐜𝐞𝐫𝐞𝐫'𝐬 𝐒𝐭𝐨𝐧𝐞
 

Setiap ngobrol tentang Harry Potter tuh seperti mengenang kembali era childhood SD & SMP saat sedang heboh-hebohnya film Harry Potter. Dan karena setiap tahun pasti ada film baru, jadi selalu ada yang ditunggu dan pemain-pemainnya sendiri juga umurnya hanya beda 1-2 tahun lebih tua dari aku, jadi berasa masih satu generasi.
 
Awalnya aku enggak berniat menulis artikel book of the month di bulan Desember, aku berencana merampungkannya sekaligus di artikel best book of 2021. Namun, karena buku ini terlalu bagus, dan harus (wajib) masuk book of the month, akhirnya last minute aku putuskan untuk buat artikel ini.
 
Fun fact, judul awal buku ini adalah Harry Potter and the Philosopher's Stone, tetapi diganti namanya menjadi Sorcerer's Stone karena Philosopher's Stone dianggap kurang menarik dan sedikit kontroversial untuk pasar Amerika. Yes, buku ini memang 100% British karena J.K Rowling sendiri asalnya dari Inggris. 

 
Awalnya aku kurang pede baca buku versi Bahasa Inggris, karena takut banyak istilah magic yang aku enggak ngerti gitu. Memang sih saat baca aku juga merasa kalau banyak istilah baru dan buku ini tuh british banget jadi ada beberapa gaya bahasa khas british yang aku enggak familiar. Kadang kamus Kindle juga kurang menjelaskan jadi akhirnya aku harus pakai bantuan Google Translate.. wkwk tetapi enggak sesulit itu, sih. Mungkin karena aku sudah pernah baca buku versi Bahasa Indonesianya, ya?

Terlepas dari sudah hapal ceritanya, ternyata hal itu enggak mengurangi keseruan saat baca ulang bukunya, loh. J.K Rowling menurutku sangat brilian. Cara menulisnya enak sekali dibaca. Buku ini juga banyak humornya, jadi bukan buku yang serius atau dark banget gitu. Apalagi buku pertama masih fun banget ceritanya enggak banyak adegan berantem. Istilah-istilah "magic"-nya juga dijelaskan secara detil, jadi enggak membingungkan. Malah, di setiap seri, hal-hal dasar dijelaskan ulang just in case ada pembaca yang enggak ngikutin bukunya secara runut atau dari buku pertama. Misalkan kenapa Harry punya tanda petir di keningnya, kenapa Harry harus tinggal sama keluarga Dursley, dll. Mungkin kadang terkesan repetitive, ngapain sih dijelasin ulang terus menerus, tapi kalau aku merasanya ini bermanfaat. Intinya buku ini sangat bagus dan enggak lekang dimakan zaman.

Saat ini aku sedang on going baca buku keempat, tetapi yang paling memorable menurutku tetap buku yang pertama. Aku nangis saat baca bagian akhir buku ini! Haha.. Sama sekali enggak expect akan terharu sampai segitunya, sih, apalagi aku sudah tau ceritanya. Tetapi plot twist di bagian akhir sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing menurutku mengharukan sekali.
 
Not forget to mention the infamous scene saat Ron yang kesal karena dikritik sama Hermione di kelas Professor Flitwick pas belajar flying spell. Hermione dengan gaya bicaranya yang rada bossy ngomong:
"It's wingardium levi-o-sa, not leviosaaa".
 

Mungkin ini rekor pertama kalinya Kindle aku dipakai dengan durasi cukup intens selama berbulan-bulan setiap hari tanpa skip baca Harry Potter. Kemarin saat ke rumah sakit untuk check up kakiku pun aku baca buku ini selama menunggu. Jadi flashback saat aku rutin ke rumah sakit waktu SD dan operasi gigi tahun 2015 pun buku yang aku bawa adalah Harry Potter. This like my comfort (and never failed) book.
 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Perpustakaan di taman? Yes, yes sekarang ada perpustakaan kecil yang tersebar di banyak tempat! Say hello to Bookhive!

Aku senang banget akhirnya minggu lalu bisa mampir ke Bookhive di Taman Suropati. Aku udah sering denger tentang Bookhive ini di social media, salah satunya pas Agnes Oryza posting ini di Instagram.

Bookhive itu apa sih?
Nah, buat yang baru pertama kali denger, Bookhive itu wadah buat para pecinta buku saling share buku. Bookhive sendiri bentuknya seperti "lemari" kecil yang tersebar di beberapa tempat. Lemari ini diisi dengan buku-buku dan semua orang bisa ambil dan pinjam bukunya. Tapi, lemari ini nggak dijaga, tapi ada jam operasionalnya nih, yaitu jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Selain itu lemarinya dikunci.



Bookhive ada di mana aja?
- Taman Suropati Jakarta
- Taman Menteng Jakarta
- Lapangan Banteng Jakarta
- Taman Cattleya Jakarta
- Taman Mataram Jakarta
- Taman Spatodhea Jagakarsa Jakarta
- Taman Situlembang Jakarta
- Jalan Cipunegara Surabaya

Yes, rata-rata masih di Jakarta. Tapi semoga kedepannya bisa makin banyak Bookhive tersebar ya. :) Aku sendiri senang banget karena Bookhive ini rata-rata ada di taman kota.

Kemarin aku sendiri berkunjung ke Bookhive di Taman Suropati. Jujur aja walaupun orang jakarta tapi aku jarang banget main ke taman kota, dan ternyata baca di taman tuh enak banget! Apalagi kalau kamu kayak aku yang sehari-hari jarang lihat pohon-pohon besar, ini seperti relaksasi singkat gitu.


Lokasi Bookhive di Taman Suropati juga gampang banget ditemukan dan kelihatan jelas. Aku kebetulan datang hari Selasa sore sekitar jam 4 sore dan suasananya lumayan sepi. Bookhive-nya sendiri sedang enggak kedatangan pengunjung lain selain aku sendiri, jadi aku cukup puas pilih-pilih bukunya.

Oh iya, buku di Bookhive boleh kamu pinjam untuk dibaca di tempat, atau dibawa pulang. Namun, saran aku sebisa mungkin ikut berpartisipasi sumbang satu buku juga ya. Saat menyumbang buku, kamu juga bisa menandai buku tersebut dengan stempel Bookhive. Kita juga bisa menaruh notes di pintu Bookhive, lo.



 
Untuk genre bukunya sendiri seperti perpustakaan pada umumnya, Jenis bukunya menurutku beragam. Yang aku lihat kemarin di Bookhive Taman Suropati, ada buku cerita misteri, fantasi, teenlit dan romance. Selain itu aku lihat juga ada buku anak-anak. Kemarin aku lihat memang sebagian besar buku cerita, jarang ada non fiksi. Tapi koleksi buku di Bookhive memang progresif tergantung sumbangan dan pinjaman, jadi mungkin saat kalian mampir di lain waktu jenis buku-bukunya sudah berubah.

Kemarin sendiri aku sebetulnya sempat naksir dan ingin pinjam satu buku karya Raditya Dika. Namun, mengingat aku sudah pernah baca bukunya dan kebetulan masih ada beberapa buku di rumah yang belum selesai aku baca, jadi aku skip pinjam supaya bukunya bisa dinikmati oleh yang lain terlebih dahulu, hehe.


Jadi kemarin aku enggak pinjam buku apa-apa dan membaca buku di Kindle sambil menikmati suasana taman kota sejenak. Bagi para pecinta buku menurutku wajib sekali coba baca buku di taman kota sambil mengecek Bookhive yang ada di sana.
 
 
 
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar

 
Hihi, senang sekali deh melihat segmen vegie festive bisa lanjut. Setelah kemarin coba plant based pizza dari Dominos, tiba-tiba aku teringat pernah baca artikel kalau Starbucks juga mengeluarkan menu plant based. Akhirnya minggu kemarin aku langsung coba!
 
Aku awalnya cukup senang karena seperti kita tau gerai Starbucks lumayan banyak dan cukup tersebar di seluruh Indonesia. Apalagi di Jakarta, sekarang semakin banyak dan berkembang. Jadi aku pikir menu ini juga akan mudah diakses oleh pembaca.
 
Sayangnya, setelah aku coba-coba cari di beberapa gerai dekat rumah melalui aplikasi Grab Food, ternyata menu plant based belum tersedia di semua gerai. Memang ada pilihannya di menu, tetapi selalu out of stock. Aku baru menemukan menu ini di beberapa gerai besar yang terletak hampir di pusat kota, seperti Starbucks Tebet, atau Starbucks Kuningan City.
 
Akhirnya kemarin aku pilih pesan di Starbucks Kuningan City karena lokasinya paling dekat dengan kantorku. Yah, semoga ke depannya menu ini akan tersedia di lebih banyak gerai, ya.
 

Menu plant based dari Starbucks sendiri sebetulnya cukup beragam, dari yang aku lihat di aplikasi mereka menyediakan:
- Plant-Based Sloppy Joe Rp52.000
- Plant-Based Meat Foccacia Bread Rp42.000
- Plant-Based Wellington Pocket Rp42.000
- BBQ Plant-Based Meatballs Sandwich Rp55.000
- Plant-Based Chocolate Raspberry Cake Rp35.000
 
Kalau prefer rasa asin, bisa mencoba menu 1-4 yang aku tulis di atas, sedangkan kalau suka yang manis, bisa coba menu cake-nya.
 
Nah, yang aku coba kali ini adalah Starbucks Plant-Based Sloppy Joe. Awalnya aku pesan Plant-Based Sloppy Joe dan Plant-Based Wellington Pocket, tetapi ternyata yang tersedia di store hanya Plant-Based Sloppy Joe saja, huhu. Padahal sudah sempat senang dapat dua menu, karena memang produk ini sangat langka. :p
 
Saranku apabila kalian mau coba, lebih baik pesan via aplikasi ojek online saja, ya. Supaya enggak sedih apabila tiba-tiba menunya habis.
 
Oke, langsung aja masuk ke review Starbucks Plant-Based Sloppy Joe-nya. Ukurannya sendiri enggak terlalu besar, tetapi menurutku cukup mengenyangkan. Aku sendiri kemarin makan ini sebagai pengganti menu makan malam, hehe. Namun, kalau kalian ingin menjadikan cemilan padat juga menurutku masih cocok.
 

Tekstur rotinya sendiri mirip dengan roti sandwich pada umumnya. Karena punyaku sudah aku hangatkan di dalam oven, jadi teksturnya crunchy di luar, dan lembut di dalam. Isinya sendiri aku kurang bisa menebak apa saja, tetapi yang paling bisa aku lihat itu ada plant based patty, jamur, dan beberapa saus. Aku sendiri menambahkan saus sambal. Yes, ketika memesan sandwich ini kita akan diberikan condiment berupa saus sambal dan saus tomat.
 
Tekstur "daging" alias plant based patty-nya sendiri menurutku termasuk lembut dan aku enggak menemukan tekstur serat atau kenyal. Jadi, dominan tekstur lembut. Sedangkan tekstur kenyal aku dapatkan dari jamur di dalam sandwich ini.
 


Rasa sausnya sendiri dominan keju seingatku. Sandwich ini aman sekali untuk dimakan anak-anak karena enggak ada rasa pedasnya.
 
Secara garis besar, aku kurang suka dengan Starbucks Plant-Based Sloppy Joe ini. Apa mungkin karena aku makan yang sudah dihangatkan di oven? Aku kurang suka dengan tekstur dagingnya. Aku lebih pilih tekstur daging di Burger King Plant Based Whooper yang pernah aku ulas juga sebelumnya.
 
Selain itu, harganya juga cukup mahal, hehe. Mungkin untuk harga makanan Starbucks ini memang termasuk standar, tetapi menurutku cukup lumayan apalagi jika dalam frekuensi yang sering.
 
Ah, aku penasaran sekali dengan menu lainnya. Mungkin aku harus makan saat itu juga, ya? Supaya enggak perlu dipanaskan ulang. Ngomong-ngomong untuk episode selanjutnya aku berencana coba menu non dairy coffee mereka juga, nih. Aku sambung di artikel lainnya, ya.

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
foto sedang memegang buku educated di kindle

Aku kaget saat kemarin cek blog ini. Terakhir aku menulis segmen Book of the Month di bulan Agustus? Sudah lama sekali, ya! Aku merasa enggak terlalu banyak membaca buku belakangan ini karena terlalu sibuk menonton variety show. Hahaha. Tapi kali ini aku punya rekomendasi buku yang menurutku sangat menarik untuk dibaca.
 
Mungkin kamu juga sudah sering lihat buku ini di social media atau di toko buku. Banyak public figure yang menyukai buku ini, seperti Maudy Ayunda dan Bill Gates. Buku ini pun sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, lho.
 
𝐄𝐝𝐮𝐜𝐚𝐭𝐞𝐝 - 𝐓𝐚𝐫𝐚 𝐖𝐞𝐬𝐭𝐨𝐯𝐞𝐫

Apa yang pertama kali terpintas di benak kamu ketika membaca judulnya? Kalau aku sendiri, jujur saja, awalnya berpikir buku ini akan menceritakan kisah wanita yang memperjuangkan edukasi bagi sesama wanita. Seperti kisah ibu R.A Kartini. Hehe maklum, aku jarang membaca sinopsis sebelum membaca sebuah buku. Namun, ternyata buku ini kurag lebih menceritakan kisah hidup Tara Westover yang berasal dari keluarga yang terbilang cukup konservatif. Keluarganya sangat menutup diri dari perkembangan jaman dan pendidikan formal. Namun, Tara yang sangat cerdas enggak disangka berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah. Walaupun begitu, bisa ditebak bahwa prosesnya pasti enggak mulus. Tara sendiri baru memulai pendidikan formal di umur 17 tahun.

Buku ini mencakup cerita Tara sejak kecil hingga dewasa dan diceritakan dengan cukup detil. Tara sendiri termasuk family woman, seseorang yang berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Sehingga mengecap pendidikan sementara orang tuanya sendiri kurang mendukung, menimbulkan banyak konflik.

Opini aku tentang buku ini adalah ceritanya sangat seru. Aku sering lupa bahwa ini adalah buku yang menceritakan kisah nyata, bukan fiksi.. hahaha. Gaya hidup keluarga Tara yang konservatif membawa banyak kisah unik dan terkadang cara mereka menyelesaikan suatu masalah membuat aku geleng-geleng kepala karena enggak habis pikir. Aku juga seringkali menyeringai ketika membaca karena ada beberapa adegan yang menurutku terlalu ekstrim dan menakutkan. Mungkin aku sebetulnya enggak boleh mencap seperti ini, tetapi menurutku seringkali keluarganya membawa hubungan yang toxic. Seperti kutipan berikut:
 
"It's strange how you give the people you love so much power over you"
 
But, this book definitely a page turner. Gaya menulis Tara menurutku sangat menarik. Tara juga bisa menceritakannya dengan rinci sehingga aku bisa benar-benar membayangkan seperti apa kondisinya. Selain itu walaupun aku membaca buku ini dalam bahasa Inggris, tetapi bahasanya masih cukup mudah untuk dipahami.
 
Kalian harus sekali coba membaca buku ini!

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
 
Hari ini aku ingin cerita tentang kejadian yang aku alami beberapa minggu lalu. Jadi, aku sempat jatuh dari motor. Surprisingly this accident give me so many lessons to learn. Kejadian ini sebetulnya adalah kelalaian aku sendiri dan untungnya enggak mengakibatkan kerusakan apapun, hanya sedikit luka dalam di kaki akibat tertimpa motor dengan posisi kaki yang kurang pas. To be honest, walaupun bukan kecelakaan besar, tetapi di hari kejadian aku menangis sepanjang perjalanan pulang.. hahaha. Bukan karena malu atau merasa sangat kesakitan, tetapi lebih karena khawatir. 
 
"Apakah ada luka dalam yang enggak terlihat?"
 
"Apakah mengakibatkan efek jangka panjang?" 
 
"Apakah perlu pengobatan besar?"

Untungnya aku sudah periksakan ke dokter bedah ortopedi dan diagnosa pertama enggak telalu serius. Memang masih harus dilihat dulu kondisinya beberapa minggu ke depan sebelum diputuskan apakah memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil cuti beberapa hari dan mungkin ini jadi salah satu keputusan terbaik, karena aku bisa istirahat di waktu tersebut sehingga proses recovery juga lebih maksimal. I'm not only rest my body, but also my mind. Alhamdulillah teman-teman kantor juga sangat banyak membantu di kondisi seperti ini. Bagi kamu yang merasa perlu istirahat, saranku jangan segan-segan ambil cuti, ya. :)

Walaupun sepertinya aku enggak merasa terlalu gimana, tetapi mungkin tubuhku merasakan hal yang berbeda. Beberapa waktu belakangan aku selalu mimpi buruk. Pernah mimpi kecelakaan lain yang sangat buruk sampai mengakibatkan kematian.. haha.. yaampun.

Dari situ aku berusaha untuk menerima mungkin memang aku sedikit shock. Tetapi bukan berarti harus stress berlarut-larut. Aku teringat dengan satu cerita di buku A New Earth dari Eckhart Tolle:
 
Ada seorang laki-laki yang membeli mobil dengan uang hasil menang lotere. Semua temannya berkata bahwa laki-laki tersebut sangat beruntung. Namun, laki-laki itu hanya menjawab, "yaa.. mungkin".
 
Enggak lama setelahnya, ternyata laki-laki itu mengalami kecelakaan saat mengendarai mobilnya dan harus mendapat perawatan di rumah sakit. Teman-teman yang menjenguknya bilang bahwa ia sedang enggak beruntung. Namun, laki-laki itu kembali menjawab dengan, "yaa.. mungkin..".
 
Saat masih dirawat di rumah sakit, laki-laki itu mendapat kabar bahwa rumahnya terkena bencana dan rusak parah. Teman-teman yang memberikan kabar tersebut bilang bahwa laki-laki tersebut sangat beruntung karena sedang enggak di rumah. Lagi-lagi, laki-laki itu menjawab, "yaa.. mungkin..".
 
Laki-laki itu tau bahwa sesuatu yang seringkali dianggap buruk, sebetulnya bisa membawa hal baik, begitu pula dengan hal yang dianggap baik, bisa jadi membawa hal buruk.

Selama proses recovery ini aku terus-terusan ingat dengan cerita tersebut. Lalu aku jadi terpikir beberapa hal yang ternyata masih bisa aku syukuri:
- Aku beruntung pada saat kejadian aku sedang menggunakan sneakers. Pasti lain cerita apabila aku menggunakan high platform sandal yang biasa aku gunakan.
- Aku bersyukur karena mengendarai motor dengan bobot paling ringan di pasaran, sehingga beban yang diterima kakiku pada saat kejadian pastinya lebih minim.
- Aku bersyukur pada saat kejadian banyak orang yang menolong, dan untungnya enggak ada orang lain yang terluka di kecelakaan ini.

Ada satu quote lainnya di buku A New Earth yang aku ingat saat ini:
 
"This too shall pass."

Baik itu kejadian menyenangkan, atau kejadian enggak menyenangkan, semuanya pasti akan berlalu. Jadi enggak perlu tertalu senang, apalagi terlalu sedih sampai berlarut-larut.

If you need to rest, please take a rest. Then keep going.

Semangat! ^.^ 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Yay, satu lagi menu vegetarian yang mudah dicari dan harganya masih terjangkau! Sebetulnya menu pizza untuk vegetarian di Domino's Pizza ini sudah ada sejak pertengahan bulan September 2021, tetapi aku baru sempat lihat banner-nya di depan restoran Domino's Pizza dekat rumahku saat perjalanan pulang kantor beberapa hari lalu. Sejak itu aku sangat penasaran untuk coba!

Ngomong-ngomong, kalau bicara soal Domino's Pizza, jadi teringat Kim Seon Ho oppa, enggak sih? Hehehehe.. Walaupun sekarang dia sudah enggak jadi brand ambassador-nya lagi sejak berita akhir Oktober lalu. Walaupun begitu, aku masih ingin pajang foto-fotonya. Iklan Domino's ini salah satu iklan Kim Seon Ho yang jadi favoritku karena gantengnya sangat natural xixixixixi.
 
Intermezo... Photo by Dominos Korea
 

 
Oke, kembali ke topik awal. Jadi menu vegetarian di Domino's Pizza ini namanya adalah Plantt Pro Beef Pizza. Klaimnya adalah 100% plant based & 100% mempunyai rasa seperti daging asli. Hmm.. kalau dagingnya terbuat dari tumbuhan, berarti vegan juga dong? Dari Domino's sendiri bilang kalau walaupun enggak menggunakan daging & telur, tetapi Plantt Pro Beef Pizza ini masih menggunakan keju, sehingga enggak bisa disebut vegan pizza. Selain itu tempat masaknya juga masih gabung dengan pizza non vegetarian lainnya. Mungkin ini bisa jadi note untuk kamu.
 


Domino's Pizza Plantt Pro Beef punya dua pilihan rasa:
- Plantt Pro Jerky Beef Blackpepper
- Plantt Pro Beef Rendang Special

1 porsi Plantt Pro Beef pizza rasa apapun ukuran medium di Grab Food harganya Rp87.501. Pizza ini harganya sama dengan varian rasa pizza non vegetarian lainnya. Psst, banyak promo yang bisa kamu temukan, lho.

Oke langsung masuk ke review-nya menurutku ya.

- Rasa Beef Blackpepper
Ini rasa favoritku. Isinya ada daging yang terbuat dari tumbuhan, paprika merah, bawang bombay, keju mozarella, saus keju cheddar, saus BBQ dan saus blackpepper. Overall yang terasa sekali menurutku adalah rasa keju. Saus BBQ & blackpepper-nya cukup terasa tetapi enggak mendominasi dan rasanya juga enggak pedas. Karena isiannya enggak banyak jenisnya jadi yang dominan rasanya adalah keju. Untuk "daging"nya sendiri menurutku rasanya lumayan mirip seperti daging asli. Tekstur "daging"-nya berserat.


- Rasa Rendang Special
Untuk varian yang satu ini, menurutku rasa rendangnya hanya samar-samar. Seperti rasa Beef Blackpepper, rasa yang dominan di Rendang Special adalah rasa keju. Isinya ada daging yang terbuat dari tumbuhan, paprika hijau, bawang bombay, keju mozarella, saus keju cheddar, dan saus rendang. Yang membedakan memang hanya jenis paprika dan sausnya saja. Untuk "daging"nya juga sama rasanya mirip dengan daging asli dengan tekstur berserat.


Overall, menurutku kedua pizza ini cukup rekomen apabila suka dengan rasa pizza yang dominan keju. Favoritku rasa Beef Blackpepper karena menurutku rasanya lebih harmonis dengan rasa keju. Aku pesan tipe roti classic handtossed dan rotinya menurutku juga sangat enak, crispy dan lembut. Walaupun aku sempat panaskan di atas teflon, rotinya enggak menjadi keras. Aku termasuk jarang pesan pizza dari Domino's, lebih sering PHD atau Pizza Hut, dan menurutku aku lebih suka roti dari Domino's Pizza ini.
 
Sebagai penutup, aku berikan foto Kim Seon Ho bersama pizza dari Domino's lain, ya. Hehehe. Again, photo by Dominos Korea.



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar


"I might be depressed, but at least I have an iced coffee"

Hahaha, ada yang pernah liat video dengan sound ini enggak di Instagram Reels?

Tapi sedikit fun fact, katanya hanya dengan mencium aroma kopi udah bisa membuat otak lebih fokus, lo. Jujur aku happy banget pas baca fact ini, karena sekarang aku lagi mengurangi minum kopi karena faktor kesehatan, jadi enggak bisa dapet efek kafeinanya. Tapi setelah tau kalau aroma kopi aja udah bisa ningkatin fokus, jadi enggak perlu minum juga tetep dapat efeknya. :D

Kalau aku pribadi buat dapet aroma kopi tanpa harus minum kopi, biasanya:

- Taruh bubuk kopi asli di sudut-sudut kamar. Kopinya nggak boleh kopi instan yang bisa larut di air, ya. Harus bubuk biji kopi asli. Selain kamarku jadi harum aroma kopi, dia juga bisa menetralkan aroma-aroma nggak sedap!

- Pakai dua rangkaian produk dari Scarlett Perfect Coffee Edition! Wanginya benar-benar mengingatkan kita sama kue-kue rasa kopi yang yummy! Bener-bener cocok banget dipakai apalagi pas mandi pagi sebelum kerja. Supaya lebih jelas, aku akan bahas tuntas tentang produk-produk Scarlett Perfect Coffee Edition ini, ya.

Ngomong-ngomong soal Scarlett, pasti udah pada denger berita menghebohkan tentang kolaborasi Scarlett dengan Song Joong Ki oppa dong? Huhu sebagai salah satu fans Scarlett aku ikut bangga!

Ini dia Song Joong Ki oppa sedang memegang produk Scarlett >.<




Nah kalau mau pegang produk yang sama kayak Song Joong Ki oppa, bisa banget nih cobain:

- Scarlett Coffee Shower Scrub

Kandungan utamanya glutathione, vitamin E, dan collagen yang bisa mencerahkan, meratakan warna kulit, meregenerasi kulit, dan meningkatkan kelembapan dan elastisitas kulit.



Teksturnya sendiri menurutku mirip dengan varian lainnya, gel dengan butiran scrub supaya bisa mengangkat kotoran dan sel kulit mati dengan maksimal. Cuma scrub-nya menurutku sangat lembut dan masih aman buat digunakan setiap hari.

 




Untuk wanginya hmm.. kalau kalian penggemar kue tiramisu, atau kue-kue rasa kopi, pasti suka deh. Wanginya juga cukup strong, dan bikin kamar mandi aku jadi ikut wangi bahkan sampai aku udah selesai mandi! Ini rasanya seperti mandi pakai perfume shower scrub, sih. Dan wanginya juga menempel dengan cukup awet menurutku, terlebih kalau di-combo dengan body scrub-nya.

Cara pakainya aku biasa diaplikasikan ke kulit dengan bantuan shower puff, pakai sedikit aja busanya udah banyak dan wanginya juga udah semerbak menurutku, jadi lebih hemat.







Kemasannya dari plastik dengan tutup flip cap. Seperti biasa, aku selalu apresiasi produknya Scarlett yang punya segel kemasan yang rapat sekali. Jadi aku selalu tau kalau produknya itu memang masih baru.

Harga: Rp75.000 / 300 ml


- Scarlett Coffee Body Scrub

Kalau produk yang satu ini biasanya aku pakai cukup 1x seminggu (biar irit sis). Cara pakainya dioles langsung ke kulit sambil sedikit di-massage, tunggu 2-3 menit, baru dibilas. Karena mengandung glutathione dan vitamin E, scrub ini juga diklaim bisa mencerahkan, meratakan warna kulit, meregenerasi dan meningkatkan kelembapan kulit, dan membantu pembentukan kolagen, nih.





Wanginya menurutku sama seperti shower scrub-nya. Scarlett Coffee Body Scrub wanginya seperti kue tiramisu. Dan efeknya yang aku rasain setelah rutin pakai udah pasti kulit jadi wangi banget dan menurutku wanginya jadi lebih awet kalau digabung dengan shower scrub. Teksturnya lembut dan ukuran butiran scrub-nya pas, cukup nampol pas dipakai, tapi enggak membuat kulitku iritasi.




Kemasannya sendiri warna coklat, dan di dalamnya ada segel alumunium foil, terus ukurannya juga enggak terlalu bulky menurutku. Oh iya, ukuran dan bentuk kemasan Scarlett Perfect Coffee Edition ini selihatku sama seperti varian lainnya, jadi mungkin bisa jadi referensi buat kalian yang memang sudah pernah pakai produknya Scarlett juga.

Harga: Rp75.000 / 250 ml


Oh iya, kedua produk ini juga udah terdaftar di BPOM dan not tested on animals. Walaupun aku enggak nulis ini pastinya udah pada tau lah ya secara Scarlett kolaborasi sama Song Joong Ki oppa, pasti enggak perlu diragukan lagi kualitasnya~


MY PERSONAL TIPS

Supaya wanginya lebih-lebih yummy, aku SUKA BANGET gabungin duo Scarlett Coffee Shower Scrub & Coffee Body Scrub dengan Scarlett Body Lotion varian Jolly. Beneran deh, wanginya semakin yummy 10x lipat! Terbayang kan aroma kopi ditambah aroma vanilla?

Scarlett Perfect Coffee Body Scrub & Shower Scrub ini udah tersedia di Shoppe Scarlett Whitening, ya. Kalau kalian ambil 5 produk, ada special price hanya Rp300.000 dan dapat free gift plus exclusive box, lo.

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
  
To be honest, at first I'm a bit skeptical about this book. Selama ini aku berusaha untuk enggak memilih buku yang fokus dengan satu ajaran agama tertentu. Dan buku ini, Jay Shetty sendiri adalah pemeluk agama Hindu dan dulunya pernah mengikuti pelatihan untuk menjadi Hindu monk. Di buku ini memang cukup banyak penjelasan tentang ajaran-ajaran di agama Hindu, tetapi setelah aku baca sampai habis, penjelasannya hanya sekitar 40%? Selebihnya cerita tentang Jay yang memang tertarik dengan pengembangan diri, sampai akhirnya memutuskan menjadi monk tetapi batal, dan cara dia menerapkan apa yang dia pelajari di ashram ke dunia modern.

Aku enggak tau apakah kalian juga pernah memikirkan hal yang sama, tetapi terkadang saat kondisi sedang sulit, atau melelahkan, beberapa kali terlintas di pikiran aku dialog seperti "hmm.. mungkin enak ya jadi monk, hidupnya tenang, enggak banyak pikiran, enggak takut kekurangan uang dan barang materialistis". Setelah membaca cerita Jay, menjadi monk enggak semudah yang kita pikirkan. Dan menjadi monk enggak selalu cocok untuk semua orang. Sama seperti profesi lainnya, monk juga perlu terus berlatih seumur hidup. Dan untuk menerapkan konsep-konsep itu enggak selalu harus mendedikasikan diri menjadi monk yang tinggal di ashram. Kita juga bisa menerapkannya di dunia luar.

Saat membaca cerita Jay selama di ashram, aku sedikit teringat dengan buku Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert. I guess they have kinda similar experience karena Jay sendiri walaupun keturunan India, tetapi lahir dan besar di Inggris. Jadi aku sebagai pembaca juga merasa mudah menangkap karena dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Sejujurnya pembahasan di buku ini cukup beragam. Ada pembahasan tentang detachment from material things, not to labeling any things, persons, or situations in your life (as good or bad or more important or less important than the other), about ego, gratitude, dan lainnya. Buku ini seperti rangkuman spiritual self help book yang pernah aku baca sebelumnya (enggak heran kenapa cukup tebal). Buku ini memang enggak sedetil buku lain yang fokus dengan satu pembahasan, tetapi aku merasa buku ini bisa mengingatkan kembali otak kita dengan konsep-konsep tersebut.
 
Some of my favorite quotes:
 
 Chapter 3: Fear
 
"People often equate detachment with indifference. They think that seeing things, people, and experiences as temporary or seeing them from distance diminishes our ability to enjoy life, but that's not the case. When we acknowledge that all our blessing are like a fancy rental car, or a beautiful Airbnb, we are free to enjoy them without living in constant fear of losing them. We are the lucky vacationers enjoying our stay in Hotel Earth."

Chapter 5: Purpose

"No one organ was more important than another; all of them worked in concert, and the body needed them all"

"Lesson I learned at the ashram--every task is an essential organ. None is less important than the others, and none of us is too important to do any chore. When you're satisfied in your dharma (purpose), you can without envy or ego, appreciate others who are good at another skill. When I encounter doctors or soldiers or people in any number of other careers, I think, That's extraordinary. It's amazing. But it's not me."

Chapter 6: Ego

"The ego wants everyone to like you. High self-steem is just fine if the don't. The ego thinks it knows everything. Self-esteem thinks it can learn from anyone. The ego wants to prove itself. Self-esteem wants to express itself."

Chapter 10: Relationship

"Too often we love people who don't love us, but we fail to return the love of others who do"
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Sebagai salah satu penggemar gourmand scent garis keras, Scarlett Jolly seketika jadi anak kesayangan aku. Serius aku pakai ini pagi, malam, menjelang kerja, menjelang tidur, dalam kondisi panas, hujan, rasanya selalu cocok dengan mood-ku. Alhamdulillah aku juga jadi menghemat parfum hehe karena Scarlett Fragrance Brightening Body Lotion memang wanginya enggak hanya samar-samar di hidung, tetapi seperti perfume infused body lotion. Saat dipakai, otomatis satu ruangan ikut wangi!

Apabila kamu baru berkenalan dengan brand yang satu ini, aku perkenalkan kembali ya. Jadi Scarlett ini merupakan brand kecantikan Indonesia, yang didirikan oleh selebriti Indonesia, Felicya Angelista. Dulu Scarlett memang terkenal dengan rangkaian perawatan tubuhnya, tetapi sekarang sudah berinovasi mengembangkan perawatan wajah juga. Aku juga sudah mengulas beberapa produk perawatan tubuh dan wajah dari Scarlett, bisa dicek langsung. :)

Salah satu produk Scarlett yang paling banyak aku coba adalah body lotion mereka. Nah, karena varian Scarlett Fragrance Brightening Body Lotion cukup banyak, varian Jolly ini bisa dibedakan dari warnanya. Scarlett Jolly punya kemasan warna oranye. Kemasannya sama dengan varian lainnya.


Supaya gampang, berikut perbedaan warna varian Scarlett Body Lotion:
👉 Jolly: oranye
👉 Freshy: kuning
👉 Charming: ungu
👉 Fantasia: hijau
👉 Romansa: pink

Seperti aku bilang, aku sudah lama pakai beberapa varian produk ini, sampai kadang sudah hapal dengan spesifikasi kemasannya yang ikonik! Hehehe :))

 
 
 
💓 Pas datang, produknya dikemas dengan bubble wrap
💓 Aku selalu appreciate produk yang punya segel rapat, terlebih saat pandemi seperti ini, penting sekali untuk pastikan produknya masih baru dan enggak terkontaminasi
💓 Kemasan berbahan plastik
💓 Di bagian pompa juga ada fitur lock & unlock ini bagi aku bermanfaat banget menghindari pompanya kepencet enggak sengaja sehingga travel friendly
💓 Di kemasan juga ada barcode yang kita scan untuk memastikan produknya asli

Ada satu hal yang aku harapkan semoga Scarlett bisa mengadakan program bring back bottle juga supaya kita sebagai konsumen bisa semakin yakin memilih produk ini dari segi kualitas dan ikut berkontribusi terhadap lingkungan. :)

Apa fungsi dan manfaat Scarlett Jolly Fragrance Brightening Body Lotion?

Semua varian body lotion Scarlett, termasuk Jolly mempunyai manfaat melembapkan, mencerahkan, menutrisi kulit, serta menyegarkan karena wanginya yang tahan lama.

Kandungan utama Scarlett Jolly adalah: vitamin E, glutathione, niacinamide, & kojic acid. Produk ini juga sudah terdaftar di BPOM dan enggak melakukan tes ke hewan.

Kandungan lengkapnya bisa dicek di foto berikut:



Hmm.. mungkin ada juga yang penasaran, apakah Scarlett Jolly bisa digunakan oleh ibu hamil dan menyusui? Info dari Scarlett sendiri bilang kalau Scarlett Jolly Body Lotion aman dipakai ibu hamil dan menyusui, tetapi sebaiknya dikonsultasikan ke dokter sebelum pemakaian. Selain itu produk ini juga cocok untuk semua jenis kulit.

Oke, masuk ke jenis kulit, nih. Salah satu poin favoritku dari Scarlett Jolly selain wanginya adalah teksturnya yang mudah menyerap di kulit. Perlu di-note, kondisi kulit ku cukup mudah kering karena kebiasaan mandi dengan air hangat, dan Scarlett Jolly Fragrance Brightening Body Lotion ini menurutku daya melembapkannya cukup. Apabila membutuhkan kelembapan ekstra, biasanya aku pakai sedikit lebih banyak, misalnya dua pompa untuk satu kaki dan satu pompa untuk masing-masing tangan. Dan karena mudah menyerap, saat dipakai juga enggak terasa lengket.

 

 
Cara pakainya sendiri disarankan untuk digunakan setiap hari, terutama kalau kita habis melakukan eksfoliasi/scrubbing kulit. Body lotion ini akan membantu mengembalikan kelembapan kulit.


Oke, kita lanjutkan bahas wanginya, yuk. Bagian favoritku, hehe.

Beberapa body lotion Scarlett memang sudah terkenal terinspirasi dari wangi parfum ternama. Nah, kalau Scarlett Jolly sendiri, seperti parfum apa? Jadi, wangi Scarlett Joly terinspirasi dari Yves Saint Laurent Black Opium Eau de Perfume yang wangi dominannya adalah amber vanilla.

Menurut aku pribadi Scarlett Jolly ini sangat dikategorikan sebagai gourmand scent. Aroma dominan yang aku cium adalah vanilla dengan sedikit aroma kopi dan bunga. Aku mau ikut kak Rachel Goddard ah mendeskripsikan wangi dengan sosok seseorang. Nah, untuk Scarlett Jolly, menurutku seperti wanita karir yang tampilannya elegan, dengan kacamata dan outfit blus hitam, rok plisket midi dan high heels, sambil memegang kopi kekinian. Perpaduan aura feminin dan smart. Haha kira-kira begitu yang aku bayangkan.

Soal harga? Scarlett Jolly dibandrol seharga Rp75.000 untuk 300 ml. Selain itu ada paket hemat juga senilai Rp300.000 untuk 5 produk yang dilengkapi box exclusive & free gift.

Scarlett Jolly Fragrance Brightening Body Lotion bisa dibeli di Shopee: Scarlett_whitening

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Before July ends, I'm forcing myself to back blogging and write this monthly article, hehe. Dari pertengahan Juni sampai pertengahan Juli sebetulnya aku belum menemukan buku yang benar-benar berkesan, jadi mau menulis artikel ini rasanya kurang bersemangat. Sampai hari Selasa lalu saat libur Idul Adha aku membaca buku ini hanya dalam waktu satu setengah hari karena ceritanya sangat menarik. Ternyata, buku ini menjadi salah satu favoritku di bulan Juli!

𝑾𝒉𝒆𝒏 𝑩𝒓𝒆𝒂𝒕𝒉 𝑩𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆𝒔 𝑨𝒊𝒓 - 𝑷𝒂𝒖𝒍 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒏𝒊𝒕𝒉𝒊

I'm motivated to read this book because of booktubers Cari Can Read video. Jadi buku ini memang terkenal sekali, pernah masuk menjadi book of the month di Curl Up Book Club, salah satu buku yang (katanya) direkomendasikan oleh BTS RM, masuk daftar New York Times Bestseller, & salah satu finalis di The Putlizer Prizes. Dulu memang sempat ingin baca tetapi karena ceritanya sedih jadi aku hold dulu (takut malah trigger stress). Namun, di videonya, Cari bilang kalau buku ini cukup singkat, hanya 100 halaman dan setelah dibaca sampai habis, ternyata mindblowing.

Setelah aku membaca langsung buku ini sampai habis, aku benar-benar paham apa yang dimaksud Cari di videonya. Setelah selesai baca, yang aku lakukan adalah menghela napas sambil melihat sekeliling dengan tatapan kosong. My heart feel deep, empty, and warm at the same time. This book make me think... in a good way.

Jadi, buku ini merupakan kisah nyata dari seorang neurosurgeon bernama Paul Kalanithi. Buku ini mengangkat sudut pandang seorang dokter yang secara langsung berjuang melawan penyakit kanker paru-paru mematikan di umur 36. Sebelum terdiagnosa mengidap kanker, Paul sendiri memang sudah tertarik dengan filosofi dan mencari apa sebetulnya tujuan hidup. Karena itulah dia memilih profesi sebagai seorang dokter spesialis bedah saraf (padahal dia punya beragam gelar lain, dan dia pintar sekali!). Tetapi selama perjalanannya menjalani hidup berdampingan dengan penyakitnya, banyak sekali hal-hal yang terungkap.

Aku bisa bilang kisah hidup Paul cukup dramatis, tetapi bukan dramatis yang penuh dengan "drama", melainkan dramatis yang penuh kehangatan. Especially his relationship with the family and wife.

Kebetulan aku baca buku ini dalam versi bahasa Inggris dan sesuai ekspektasi, bagi pemula sepertiku, buku ini bukan tipe yang mudah untuk dibaca, terutama karena gaya bahasanya cukup filosofis dan banyak mengandung istilah-istilah kedokteran. Aku benar-benar memanfaatkan fitur kamus di Kindle saat membaca buku ini. Hahaha. Untungnya karena saat ini aku juga sedang mengikuti drama Korea Hospital Playlist, jadi untuk istilah-istilah kedokteran sederhana, aku sudah sedikit familiar. Walaupun sejujurnya aku masih ingin coba baca ulang versi bahasa Indonesia karena merasa sepertinya akan lebih banyak pesan-pesan yang bisa aku ambil. Maybe next time.

Tambahan sedikit, just my two cent, menonton Hospital Playlist dan membaca buku ini seperti melihat hal yang sama. Bahwa profesi dokter (terutama dokter bedah) bukan sekedar mengobati, dan selesai. Profesi ini sangat erat dengan kemampuan mengambil keputusan, terlebih saat dokter tersebut harus memberikan pernyataan tingkat harapan hidup seorang pasien kecil atau besar. Bagaimanapun mereka juga manusia dan punya emosi. Aku pernah nonton satu video seorang dokter yang bilang mungkin terkadang beberapa dokter terlihat kaku dan sangat teoritis, karena mereka berusaha untuk enggak terlalu terbawa emosi. Bagaimanapun walaupun di menit itu dia menyaksikan seorang pasien yang sudah dirawat sekian lama akhirnya enggak tertolong dan meninggal, menit berikut emosinya harus kembali stabil untuk pindah ke pasien selanjutnya. Mereka harus bisa berpikir jernih supaya bisa kembali mengambil keputusan yang tepat.

Beberapa kutipan favoritku:

- Ketika Paul sedang menjadi intern di departemen ob-gyn, saat dia melihat bagaimana keputusan seorang dokter bisa mempengaruhi nyawa seorang bayi.
"What a call to make. In my life, had I ever made a decision harder than choosing between French dip and a Reuben? How could I ever learn to make, and live with, such judgment calls? I still had a lot of pratical medicine to learn, but would knowledge alone be enough, with life and death hanging in the balance?"


- Saat Paul memutuskan untuk kembali aktif melakukan operasi sebagai dokter bedah saraf.
"Even if I'm dying, until I actually die, I am still living."


- Saat paul menceritakan pengalamannya lahir di keluarga yang religius.
"Human knowledge is never contained in one person. It grows from the relationships we create between each other and the world, and still it is never complete.


- Pesan dari dokter untuk Paul
"You can stop neurosurgery if, say, you want to focus on something that matters more to you. But not because you are sick. You aren't any sicker than you were a week ago. This is a bump in the road, but you can keep your current trajectory. Neurosurgery was important to you."
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pertama kali lihat parfum ini di Instagram Story Mary, aku langsung penasaran. Namun, waktu itu baru sebatas 'kepo' saja, baru di saved siapa tau butuh. Tapi ternyata parfum Oullu Arcana yang aku gunakan sudah hampir habis. Aku pun senang karena ternyata ada kesempatan untuk coba parfum baru! Hehe. Tanpa pikir panjang aku akhirnya order trial kit dari Mine Perfumery ini.

Ok, let me explain a little bit about Mine. (dibaca mine dot) Perfumery

Jadi, Mine. Perfumery ini adalah local brand yang saat ini berfokus pada niche fragrance/perfume. Produknya diklaim vegan, cruelty free, tanpa bahan-bahan berbahaya. Mine. Perfumery dirilis sekitar bulan Mei 2021 (please correct me if I'm wrong).

Sejauh ini Mine. Perfumery mempunyai 7 varian wewangian:
- Alamalika
- Beige 96
- Ethereal
- Floraison
- La Boheme
- Lucid Dreams
- Narcotique


Karena mereka ingin memberikan wewangian yang benar-benar sesuai kepribadian, Mine. Perfumery juga menyediakan satu quiz supaya kita tau mana varian yang paling cocok untuk kita. Mereka juga sangat menyarankan untuk mix n' match jenis parfum untuk dapat wangi yang benar-benar mencerminkan diri kita. That's why the also provide the Layering Set.

Aku sendiri sudah coba quiz-nya dan aku mendapat rekomendasi varian Lucid Dreams dan Floraison. Berbekal hasil quiz tersebut, akhirnya aku memilih varian She/Her/Hers untuk trial kit-nya. Yap, trial kit atau yang dinamai Scent Designer Kit ini punya 3 variasi:

- She/Her/Hers
Gender neutral tetapi lebih condong untuk kategori wangi feminin

- He/Him/His
Gender neutral tetapi lebih condong untuk kategori wangi maskulin

- They/Them/Their
Untuk kategori wangi unisex

Harga Mine. Perfumery Scent Designer Kit ini adalah Rp190.000
Full size perfume dibandrol Rp370.000

Produknya sendiri tersedia di:
- Website
- Shopee


Satu trial kit akan mendapat 5 vial parfum. Tapi sayangnya aku enggak melihat ada info ukuran parfumnya. Atau mungkin aku missed? Namun masih cukup untuk 5 kali pemakaian. Untuk seri She/Her/Her, akan mendapat varian Floraison, Lucid Dreams, Ethereal, Narcotique, dan La Boheme.
Di dalam trial kit juga dilengkapi 5 perfume tester paper, kartu yang berisi informasi tentang wanginya, voucher diskon, dan seed paper yang (katanya) apabila ditanam akan tumbuh menjadi tanaman! Aku pribadi belum coba tanam langsung sih, hehe.

Anyway, aku udah coba trial kit ini kurang lebih 1 minggu dan seperti ini deskripsi wangi versi aku:

- Ethereal
Menurutku Ethereal adalah varian dengan wangi paling manis diantara lainnya. Aku bisa mencium sedikit wangi vanilin di sini yang dicampur dengan wangi fresh dan flower. Namun, wanginya bukan wangi manis kue atau permen! Dari deskripsinya wangi Ethereal adalah perpaduan dari almond, baby's breath, dan cashmeran sebagai komponen utama. Teman-temanku yang penyuka wangi manis paling suka Ethereal dibanding varian lainnya.

- Floraison
Varian ini seperti namanya, dominan wangi bunga yang elegan. Sepertinya Floraison ini cocok sekali sebagai kado untuk mama atau wanita yang sudah dewasa. Definitely not a teenager scent. Key ingredients dari Floraison adalah peony, pink pepper, dan white musk.

- La Boheme
Saat mencium aroma La Boheme, entah kenapa aku teringat dengan Booktuber favoritku, Dayhyun dengan gayanya yang chic, minimalist, & stylish. Aku merasa sepertinya wewangian ini yang cocok dipadukan dengan style ala Dayhyun. La Boheme juga tergolong unisex scent cocok untuk cowok yang menyukai wangi yang fresh, sedikit spicy dan sedikit manis juga. La Boheme menggunakan oakmoss, cannabis, dan forest mist sebagai key ingredients.

- Lucid Dreams
Jujur saja Lucid Dreams merupakan varian yang wanginya paling sulit untuk aku deskripsikan. Aku enggak tau ini wangi apa! Hahaha. Kalau hidungku enggak salah prediksi, aku sedikit mencium wangi yang fresh, powdery, mature(?). Anyway, key ingredients dari Lucid Dreams adalah white peach, solar, dan ambergris.

- Narcotique
Ini cukup mudah untuk diterka oleh hidungku. Narcotique punya wangi fresh orange, dan wanginya secara keseluruhan sangat fruity, tetapi cukup lembut menurutku. Aku sebagai yang enggak terlalu suka wangi jeruk untuk parfum, merasa masih bisa menerima wangi ini. Komponen utama Narcotique adalah blood orange, sea salt, dan ambrette.


My favorite? Ethereal dan La Boheme! Aku sebetulnya sempat bingung ingin beli versi full size Ethereal atau La Boheme, tetapi akhirnya aku putuskan untuk pilih La Boheme karena ingin mencoba wewangian dengan tone yang baru. Biasanya wangi-wangi yang aku gunakan cenderung sweet, fruity, floral. Parfum favoritku ada Escada Magnetism, Escada Rockin' Rio, Bath & Bodyworks Sweet Pea, aku juga cukup suka dengan wangi Oullu Zephyr & Arcana (yang sedang aku pakai sebagai daily perfume saat ini!). Jadi La Boheme cukup melenceng sedikit dari zona nyamanku.

Kemasan full size nya terbuat dari botol kaca yang tebal dan culup berat. Saat dilihat terkesan mewah, bahan tutupnya dari plastik, enggak terlalu tebal (seperti kemasan Oullu), tetapi enggak terlalu tipis juga.


Sejauh ini menurutku wangi-wangi Mine. Perfumery cukup unik. Wanginya menurutku lebih condong ke arah mature. Bukan wangi yang fresh untuk teenager. Teman aku pun mengatakan bahwa wanginya unik dan terkesan mewah.

Daya tahannya menurutku standar, sekitar 6 jam apabila diaplikasikan di baju, sedangkan kalau diaplikasikan di kulit menurutku kurang tahan lama.

Oh iya, menurutku Scent Quiz-nya kurang akurat. Hasil yang didapat kurang sesuai dengan preferensi ku. Temanku juga ikut quiz-nya dan punya pengalaman yang sama. Jadi aku sarankan kalian untuk beli Scent Designer Kit aja untuk coba langsung setiap wanginya.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

Halo aku Dilla, tinggalnya di Jakarta

Blog ini isinya cukup gado-gado, seputar gaya hidup. Tetapi saat ini aku fokus pada gaya hidup minimalis, ramah lingkungan dan slow living. Aku berusaha "berkenalan lebih dekat" dengan setiap barang yang aku punya. Tapi aku bukan pakarnya, aku juga pemula.

Semoga apa yang aku tulis bisa memberikan manfaat, ya. Walaupun terkadang ada selipan sponsor di blog ini, namun aku berharap menulis tidak sekedar mengais, tetapi bermakna untuk sesama.

diah.fdilla@gmail.com

Popular Posts

  • Review, Tips & Trik Kindle E-Book Reader (Indonesia), Worth It or Not?
    Akhirnya aku pindah dari buku cetak ke buku digital! Aku sebenarnya mulai tertarik untuk pindah karena melihat e-book reader Crema Soundup ...
  • Pengalaman Belanja di MUJI Online Shop Indonesia
    Siapa dari kalian yang suka juga melihat barang-barang MUJI yang selalu terlihat estetik? Kalau aku sendiri apabila lagi mampir ke Grand Ind...
  • Mengadaptasi Budaya Korea: Mencuci Sampah
    Aku sangat kagum dengan sistem pengelolaan sampah di Korea Selatan. Dari beberapa video yang aku tonton di Youtube, setiap rumah tangga puny...
  • Review Buku Self Acceptance by 88 Love Life Diana Rikasari & Dinda Puspitasari
    Awalnya aku ingin membuka artikel ini dengan menceritakan opiniku tentang self acceptance . Namun aku batalkan karena terlalu kompleks....
  • Review Scarlett Whitening Body Lotion Freshy (Wanginya Mirip Jo Malone!)
    Semenjak coba body lotion dari Scarlett Whitening, sekarang tujuan pakai body lotion bukan hanya supaya kulit menjadi lebih lembap, tetapi...
  • Hidup Minimalis Membuatku Lebih Efisien
    Tulisan ini enggak akan panjang. Tiba-tiba aku terpikir tentang gaya hidup minimalis membuat aku bergerak lebih cepat di kehidupan sehari-ha...
  • Review 3 Pulpen Best Seller asal Jepang (MUJI, Sarasa, Kokoro)
    Saat menghadiri acara Facebook di tahun lalu, aku mendapat beberapa perangkat alat tulis untuk mencatat materi acara tersebut. Salah satunya...
  • Tokopedia Haul: Sendok Kayu ala Korea
    Akhirnya aku punya sendok estetik seperti di vlog Korea! Yay ! Hehehe . Semoga artikel ini bisa membantu untuk kalian yang sedang mencari-c...
  • Foto Before After 28 Hari Pakai SK-II FTE, Apa Perubahan yang Aku Rasain?
    Cukup panjang perjalanan untuk membuat artikel ini. Namun, karena faktor penasaran akhirnya aku coba juga. Bagi para penyuka skincare pasti ...
  • Review Burger King Plant Based Whopper, Yay or Nay? - Vegie Festive
    Aku mau membuat segment baru untuk blog ini, yaitu Vegie Festive! Aku berencana untuk review satu menu vegetarian setiap bulannya. Yes, samp...

Translate

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2022 (9)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ▼  2021 (26)
    • ▼  Desember 2021 (3)
      • Book of the Month: Harry Potter and the Sorcerer's...
      • Pecinta Buku, Udah Mampir ke Bookhive, Belum?
      • Vegie Festive: Starbucks Plant Based Sandwich
    • ►  November 2021 (3)
      • Book of the Month: Educated - Tara Westover
      • This Too Shall Pass, Jangan Sedih Atau Senang Terl...
      • Vegie Festive: Baru, Pizza Vegetarian di Domino's ...
    • ►  Oktober 2021 (1)
      • Serasa Ngopi Tiap Mandi! Body Care Scarlett Coffee...
    • ►  Agustus 2021 (2)
      • Book of the Month: Think Like a Monk - Jay Shetty
      • Scarlett Jolly Body Lotion Review : Penggemar Gour...
    • ►  Juli 2021 (1)
      • Book of the Month: When Breath Becomes Air - Paul ...
    • ►  Juni 2021 (4)
      • Review Local Perfume: Mine. Perfumery (@Mine.dot)
    • ►  Mei 2021 (4)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (2)
    • ►  Januari 2021 (4)
  • ►  2020 (54)
    • ►  Desember 2020 (5)
    • ►  November 2020 (3)
    • ►  Oktober 2020 (5)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  Agustus 2020 (5)
    • ►  Juli 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (7)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  Maret 2020 (7)
    • ►  Februari 2020 (7)
    • ►  Januari 2020 (4)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (7)
    • ►  November 2019 (6)
    • ►  Oktober 2019 (6)
    • ►  September 2019 (7)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juli 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (3)
    • ►  April 2019 (2)
  • ►  2018 (54)
    • ►  Desember 2018 (2)
    • ►  November 2018 (3)
    • ►  Oktober 2018 (5)
    • ►  September 2018 (6)
    • ►  Agustus 2018 (5)
    • ►  Juli 2018 (3)
    • ►  Juni 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (5)
    • ►  Februari 2018 (6)
    • ►  Januari 2018 (10)
  • ►  2017 (80)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (10)
    • ►  Oktober 2017 (7)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  Agustus 2017 (5)
    • ►  Juli 2017 (8)
    • ►  Juni 2017 (8)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  Maret 2017 (6)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (5)
  • ►  2016 (37)
    • ►  Desember 2016 (7)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (2)
    • ►  September 2016 (4)
    • ►  Agustus 2016 (5)
    • ►  Juli 2016 (6)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (2)
    • ►  April 2016 (2)
    • ►  Februari 2016 (3)
    • ►  Januari 2016 (4)
  • ►  2015 (34)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (2)
    • ►  Juli 2015 (1)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  Mei 2015 (4)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (6)
    • ►  Februari 2015 (5)
    • ►  Januari 2015 (10)
  • ►  2014 (50)
    • ►  Desember 2014 (6)
    • ►  November 2014 (8)
    • ►  Oktober 2014 (8)
    • ►  September 2014 (7)
    • ►  Agustus 2014 (4)
    • ►  Juli 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (4)
    • ►  April 2014 (3)
    • ►  Maret 2014 (1)
    • ►  Februari 2014 (2)
    • ►  Januari 2014 (2)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember 2013 (4)
    • ►  November 2013 (13)
    • ►  Oktober 2013 (3)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  Agustus 2013 (6)
    • ►  Juli 2013 (1)
    • ►  Mei 2013 (5)
    • ►  April 2013 (4)
    • ►  Maret 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (6)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember 2012 (7)
    • ►  November 2012 (4)

Readers

Indonesian Hijab Bloggers

Indonesian Hijab Bloggers

Indonesian Female Bloggers

Indonesian Female Bloggers

Indonesian Beauty Blogger

Indonesian Beauty Blogger

BEAUTIESQUAD

Warung Blogger

Warung Blogger

Created with by BeautyTemplates