Shop for Cheapo

Eco-Friendly & Affordable Tips to Maximize Our Life

Pages

  • Beauty
  • Fashion
  • Sustainable Living
  • Book of The Month
  • Vegetarian Journey
Do not copy without permission. Copyright to Diah Fara Dilla. Diberdayakan oleh Blogger.
Di tahun 2019 banyak orang yang awalnya enggak terlalu suka kopi, jadi ikut-ikutan ngopi, salah satunya aku, hehe. Jumlah kedai kopi kekinian rasanya sudah enggak bisa dihitung lagi dengan jari, karena satu merek saja bisa punya puluhan cabang. Di satu lurusan jalan daerah tempat tinggalku yang lokasinya di pinggiran ibu kota ini pun jumlah kedai kopi lumayan banyak, lebih dari 3. Apalagi di daerah pusat ibu kota mungkin setiap 500 meter ada kedai kopi, ya?

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Selain itu menurutku demam Korea Selatan juga berperan cukup signifikan dalam menciptakan budaya ngopi di generasi millennial. Walaupun bukan negara penghasil kopi, tetapi orang Korea Selatan benar-benar sangat suka minum kopi dan sudah jadi gaya hidup sehari-hari (tentang budaya kopi di Korea Selatan akan aku jelaskan di artikel lain).

Berbeda dengan warga Indonesia yang senang dengan kopi kekinian dengan komposisi espresso, susu/creamer dan gula aren, di Korea Selatan salah satu menu andalan coffee shop adalah kopi americano-nya. Sebagai salah satu yang terkena Korean Wave, tentu aku jadi penasaran juga dengan jenis minuman kopi ini, dan ternyata setelah ku coba rasanya cukup cocok dengan lidahku!

Di kedai-kedai kopi, harga americano cenderung lebih murah dibanding jenis kopi lainnya, karena memang bahan yang digunakan sangat sederhana. Americano adalah campuran dari 1-2 shot espresso dan air putih. Rasanya, sudah pasti pahit. Ada beberapa tulisan yang mengatakan americano merupakan minuman fondasi yang bisa kita custom sesuai selera, bisa dicampur dengan sirup, gula, susu dan lainnya. Kopi americano juga merupakan salah satu pilihan yang pas jika kita ingin mengukur kualitas kopi karena rasanya masih asli tanpa campuran perasa lainnya namun dengan rasa yang lebih "ramah di lidah" dibanding langsung mencicipi espresso murni.

Jika sedang diet dan butuh asupan kafeina (ini enggak typo ya guys, setelah lihat di KBBI ternyata kata baku dari caffeine itu kafeina), americano bisa jadi pilihan yang tepat, karena minuman ini mengandung kalori 0%, alias bebas kalori. Tetapi juga harus tahan dengan rasanya yang pahit, ya.

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Walaupun harga kopi americano enggak terlalu mahal, namun komposisi yang sederhana membuat aku lebih senang membuat korean americano coffee ala-ala di rumah. Not exactly an americano, karena americano membutuhkan espresso yang dibuat dengan teknik high pressure. Sedangkan kopi yang aku pakai kali ini adalah drip coffee dengan teknik pour over jadi rasanya pun enggak sepekat espresso. Namun di lidah awamku ini (haha), rasa americano ala-ala yang aku buat di rumah enggak berbeda jauh dengan rasa americano yang aku beli di kedai kopi. At least americano ala-ala ini sama-sama tanpa ampas, 0% kalori dan mempunyai kandungan kafeina seperti kopi americano asli.

Semakin ala-ala, kopi yang aku gunakan kali ini adalah instant drip coffee menggunakan Kapal Api Easy Drip! Produk ini sangat aku rekomendasikan untuk peminum kopi pemula seperti aku, karena sangat mudah untuk dibuat.

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Pour over merupakan salah satu teknik seduh kopi yang paling populer. Jika dengan teknik manual pour over memerlukan filter holder (corong) dan kertas filter, dengan produk instant drip coffee hanya tinggal menuang air panas saja, langsung bisa minum kopi tanpa ampas. Aku pakai instant drip coffee merek Kapal Api yang mudah ditemukan di supermarket seperti Superindo, Carrefour, Ranch Market dan lainnya dengan kisaran harga Rp27.000-Rp35.000 isi 5 pak. Kebetulan kali ini aku pakai varian Brazil Blend dari jenis kopi arabika.

Di pasaran juga ada beberapa merek instant drip coffee lainnya, namun yang paling mudah ditemukan dan harganya terjangkau adalah Kapal Api Easy Drip.

Ngomong-ngomong aku bukan pakar kopi, dan baru juga belajar kopi, jadi semoga tips ala-ala ini membantu, ya.

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Seperti di foto, cara membuat kopi dengan Kapal Api Easy Drip ini mudah banget. Aku hanya mengeluarkan produknya dari kemasan, disangkutkan ke mug, tambahkan air 150-200 ml secara perlahan, (aku enggak pakai teko kopi leher angsa, enggak pakai waktu pas menuang air panasnya, benar-benar sederhana aja) tunggu hingga airnya tiris, lalu angkat filternya. Tada! Kopi ala Korea hampir siap disajikan.

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Agar rasanya semakin mirip kopi korea, (dari beberapa artikel disebutkan bahwa korean ice americano biasanya tidak terlalu pekat tapi tidak terlalu encer), aku tambahkan lagi air sekitar 100 ml, dan es beberapa balok kecil. Jadilah ice americano coffee Korea ala-ala!

Aku benar-benar merekomendasikan produk instant drip coffee jika kamu ingin membuat segelas kopi hitam tanpa ampas di rumah. Mereknya enggak perlu Kapal Api, merek apapun boleh. Aku pun ingin mencoba instant drip coffee merek lainnya di lain waktu.

kopi korea americano korean coffee kapal api easy drip

Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Demi menghemat biaya dan waktu, belakangan ini aku sering bawa kendaraan motor sebagai alat transportasi untuk pergi ke kantor. Dampaknya apalagi kalau bukan kulit tangan dan kaki yang semakin gelap karena aku berangkat ke kantor memang lumayan siang. Padahal sudah pakai sarung tangan tapi panasnya sungguh enggak main-main. Belakangan juga aku lebih sering pakai sepatu sneakers supaya kaki aku nggak kena sinar matahari, huhu.

Tingkat resiko kulit terpapar sinar matahari saat membawa motor sendiri dan saat dibonceng juga sangat berbeda. Ketika dibonceng, aku masih bisa sembunyikan tangan di belakang badan pembonceng, sedangkan kalau sudah pegang setang, sudah enggak bisa menghindar dari sinar matahari. Maka dari itu aku sekarang selalu pakai sunscreen di punggung tangan!

Sunscreen yang sedang aku pakai dari Miniso. Awalnya sunscreen ini ingin aku pakai di wajah, tapi terlalu berminyak akhirnya beralih fungsi jadi sunscreen untuk badan.. hehe.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++


Fungsi dan Komposisi
Di Miniso, ada 3 pilihan sunscreen:
- Super Protection SPF 36 PA+++
- Refresh Waterproof SPF 30 PA++
- Aqua Formula SPF 28 PA++

Aku memilih Refresh Waterproof SPF 30 PA++ dengan klaim mengandung lily extract, waterproof dan sweat proof. Sepertinya spesialisasi suncreen ini dibanding varian lainnya adalah lebih tahan lama dan ini sesuai dengan kebutuhanku itu alasan mengapa aku pilih varian Refresh Waterproof.

Komposisi Miniso Refresh Waterproof Sunscreen SPF 30 PA++ menurutku unik, karena dia menggabungkan komposisi chemical dan physical sunscreen di dalamnya. For your information, aku bukan dermatologist ataupun chemist, jadi apabila ada info yang kurang tepat mohon infonya agar bisa aku ubah. Tapi sepengetahuanku, kandungan ethylhexyl methoxycinnamate merupakan komposisi utama chemical sunscreen, dan kandungan titanium dioxide merupakan komposisi utama physical sunscreen, jadi bisa dikatakan suncreen ini masuk kategori hybrid sunscreen. Please correct me if I'm wrong.

Komposisi selengkapnya dapat dilihat langsung di foto berikut:

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++


Harga dan Ketersediaan
Maaf sekali untuk harga Miniso Refresh Waterproof Sunscreen SPF 30 PA++ aku lupa, jadi aku cari-cari info di Shopee harganya sekitar Rp69.000 untuk 1.59 oz atau 45 gr. Cukup in the middle, enggak murah sekali tetapi enggak mahal juga. Produknya sendiri waktu itu aku beli di Miniso Jakarta Lotte Shopping Avenue, tapi produk ini aku lihat juga mudah dicari di Miniso terdekat.


Kemasan
Berbentuk tube dari bahan plastik, kemasannya cukup travel friendly. Teksturnya sangat cair membuat produknya terkadang muncrat ketika tutupnya dibuka. Jadi saran aku, simpan produknya dalam posisi tutup di atas, sehingga ketika ingin digunakan produknya enggak menumpuk di mulut botol.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++

Semua info yang kita butuhkan tertera lengkap di kemasan, mulai dari nama produk, jumlah isi produk, komposisi, manufactured date dan expired date.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++


Cara Pemakaian
Menurut info di kemasan, cara pakainya adalah:
"The last step of skincare. Apply to face and neck. No need to remove with makeup remover."

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++

Aku simpulkan Miniso Refresh Waterproof Sunscreen SPF 30 PA++ memang ditujukan sebagai sunscreen wajah. Walaupun diklaim sebagai sunscreen yang waterproof dan sweat proof, tetapi dikatakan sunscreen ini enggak perlu dibersihkan dengan makeup remover, artinya dengan pembersih wajah biasa sudah cukup. Hmmm.. menarik. Padahal biasanya sesuatu yang waterproof cenderung lebih sulit hilang dan harus dibersikan secara double dengan makeup remover dan pembersih wajah.


Wangi
Faktor aroma jadi alasan pertama aku kurang suka menggunakan sunscreen ini di wajah. Miniso Refresh Waterproof Sunscreen SPF 30 PA++ punya aroma bunga yang cukup kuat. Aku memang lebih suka dengan skincare yang fragrance free. 


Tekstur
Faktor konsistensi jadi alasan kedua aku kurang suka menggunakan sunscreen ini di wajah. Teksturnya sangat cair dan sedikit terasa berminyak ketika diratakan, meninggalkan kesan dewy di kulit. Ketika aku gunakan di tangan juga cukup terasa berminyak. Biasanya aku tunggu 10 menit sampai produknya menyerap dan rasa lengket/berminyak sedikit berkurang sebelum menggunakan jam tangan atau aksesori lainnya.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++


Performa
Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, walaupun diklaim sebagai sunscreen wajah, tapi aku lebih suka memakai Miniso Refresh Waterproof Sunscreen SPF 30 PA++ sebagai sunscreen untuk badan dan produk ini bekerja dengan cukup baik. Enggak membuat kulit tanganku langsung cerah seperti kulit wajah, tapi aku merasa proteksinya lumayan, warna kulit punggung tanganku saat ini enggak berbeda jauh dengan warna lengan bagian atas. Kandungan titanium dioxide di dalamnya membuat sunscreen ini juga bekerja sebagai tone up cream, karena ketika aku gunakan, terlihat samar-samar warna kulitku 1/2 tingkat lebih cerah dengan efek dewy.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++

Kesimpulannya apakah aku akan membeli sunscreen ini lagi? Rasanya enggak, ya. Ini bukan sunscreen terbaik yang pernah aku coba. Aku lebih suka sunscreen Skin Aqua yang enggak meninggalkan kesan berminyak dan aromanya lebih lembut dengan harga mirip.

Review Miniso Sunscreen Refresh Waterproof SPF 30 PA++


Equipment info:
Camera:
↪ Sony A5000 with Sony lens 35mm F1.8
Software:
↪ Adobe Photoshop CS6
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Setelah ikut acara Sejauh Mata Memandang beberapa waktu lalu yang membahas tentang kondisi laut di Indonesia, aku jadi ingin memperbaiki gaya hidup supaya lebih ramah lingkungan. Terlebih beberapa waktu ini aku memang tertarik mempelajari minimalist lifestyle, dan sepertinya dua hal ini sejalan satu sama lain. Bukan berarti tim maksimalis enggak bisa ramah lingkungan, tapi kalau menyatukan konsep minimalis dengan less waste rasanya lebih gampang aja, gitu.

gaya hidup zero waste minimalis


MENUJU RAMAH LINGKUNGAN 2019


Aku kan orangnya cepat bosan, jadi sudah tau kalau enggak mau maksain diri bener-bener zero waste. Daripada nanti keburu merasa tersiksa lalu jadi cepat menyerah, aku lakukan perlahan-lahan dulu. Akupun masuknya juga masih less waste beginner level, sih. Kalau ada sampah yang bisa aku minimalisir tanpa usaha besar, sebisa mungkin aku lakukan. Seperti:

- Memakai tas belanja sendiri kalau ke supermarket. Ini udah aku terapin dari dulu. Kalau belanja bulanan selalu minta dibungkus pakai kardus bekas.

- Mulai pikir-pikir lagi kalau mau beli barang fashion. Dulu masih tergoda beli barang-barang kekinian dan murah meriah, tapi sekarang mencoba beli yang modelnya lebih timeless dan awet.

- Sangat mengurangi beli kopi susu kekinian. Kadang masih beli sih cuma kalau udah kabita pisan. Jadi sebagai gantinya aku bikin sendiri di rumah. Iya, masih pakai kopi bungkus, masih pakai susu kotak, masih pakai gula di kemasan plastik. Intinya masih ada sampahnya tapi (semoga) lebih minim dibanding plastic cup itu, sih. (mudah-mudahan).

- Mengurangi beli buah di supermaket. Soalnya belum punya tas jaring-jaring ehehehe... Ini temporary, sampai aku punya tas jaring-jaring nanti. Karena kalau beli buah di supermarket harus pakai plastik sebelum ditimbang.

- No more plastic straw. Aku udah 98% enggak pernah pakai sedotan plastik. Kalaupun enggak ada sedotan stainless, langsung tenggak aja dari gelas.

gaya hidup zero waste minimalis


MENUJU MINIMALIS 2019


Gimana caranya menjadi seorang minimalist? Minimalis adalah less is more. Katanya semakin sedikit barang yang kita punya, semakin bebas juga pikiran kita untuk lebih fokus kepada hal-hal yang lebih penting di dalam hidup. Jadi aku ingin fokus pada hal-hal yang benar-benar aku butuhkan. Kemarin aku sudah sempat pilah barangku dari berbagai kategori; baju, buku, makeup dan alas kaki. Aku buang dan aku donasikan yang sudah jarang dan hampir enggak pernah aku pakai.

Sayang sekali aku nggak mendokumentasikan semuanya, yang aku ingat hanya ketika declutter alas kaki aja.. huhu. Tapi sepertinya aku masih akan declutter baju dan makeup aku, sih. Jadi lain kali akan aku dokumentasikan, ya.

Anyway, dari dulu aku merasa aku enggak punya banyak alas kaki seperti orang lain. Pokoknya aku termasuk yang jarang beli sepatu dibanding teman-temanku. Tapi ternyata aku orangnya suka menumpuk barang. Jadi alas kaki yang aku punya dari 8 tahun lalu masih ada aku simpan sampai kemarin. Itu pun udah enggak pernah aku pakai, tapi aku pikir mungkin lain kali pakai. Nyatanya, enggak pernah sama sekali! Bentuknya pun udah sedikit usang yang bikin aku tambah malas pakai. Lalu buat apa aku simpan?

gaya hidup zero waste minimalis

Akhirnya dengan mengumpulkan kesadaran untuk lebih tegas dan tega, aku akhirnya merelakan beberapa sepatu untuk dibuang dan didonasikan. Beberapa sudah punya dari lama, dan bentuknya sudah usang. Tapi beberapa lagi masih sangat bagus dan jarang aku pakai karena beli pas lagi "lapar mata" aja, ngikutin tren tapi ternyata enggak cocok sama bentuk tubuh aku, hehe.

Sekarang, aku cuma punya beberapa alas kaki yang benar-benar sering aku pakai dan beberapa untuk acara khusus! Kalau aku breakdown, aku punya:

- Untuk sehari-hari, ada 1 thong sandals, 1 strap sandals, 1 white sneakers. Aku memang sediakan 3 jenis untuk sehari-hari karena 3 model ini fungsinya berbeda-beda. Ada yang untuk musim hujan, ada yang untuk jalan-jalan dekat, ada juga yang untuk jalan-jalan jauh. Lalu katanya alas kaki sebaiknya dipakai bergantian agar lebih awet.

- Untuk acara khusus, 1 running shoes, 2 flat mules (dengan warna dan bahan berbeda), 1 heels mules, 1 flat shoes.

gaya hidup zero waste minimalis

That's it! Mungkin seperti masih banyak ada 8, tapi itu benar-benar dipakai semua dan benar-benar favoritku (beli karena suka dan memang selalu dipakai, bukan karena diskon atau lapar mata). I'm quite satistfied after decluttering my shoes. Rasanya lebih nyaman karena hafal punya alas kaki apa saja dan tau kapan pakainya.


YANG PALING SULIT


Jadi anak bayi tentunya menemukan banyak kesulitan saat belajar. Aku benar-benar ingin mengurangi sampah, tapi kadang tanpa sadar masih beli jajanan yang ada sampah plastiknya. Lalu sebenarnya konsep less waste itu kan memanfaatkan apa yang kita punya, dan pakai sampai barang tersebut habis atau rusak serusak-rusaknya. Tapi kadang demi memulai gaya hidup less waste aku malah jadi konsumtif. Ingin beli sedotan ramah lingkungan, eco bag, tempat minum baru dan lainnya. Ini sih yang masih harus aku perbaiki.

Lalu hambatan lainnya adalah aku terlalu memaksakan diri. Aku bisa dibilang cukup tertarik dengan dunia kecantikan. Ingin coba-coba produk baru, dan punya beberapa koleksi makeup. Terlebih punya blog tentang kecantikan pastinya menuntut aku untuk terus coba-coba produk baru untuk di-review. Ini pastinya enggak sejalan dengan gaya hidup less waste dan minimalis yang ingin aku terapkan. Jadilah aku kemarin buang semua produk-produk yang sudah kedaluwarsa, enggak beli produk apapun kalau dia nggak berlabel green beauty (kecuali dapat dari kantor). Seidealis itu. Alhasil aku pun enggak yakin bisa terus menulis blog dan akhirnya aku memutuskan keluar dari grup komunitas blogger karena merasa dengan gaya hidup minimalis dan less waste aku enggak akan bisa memenuhi kewajibanku.

Awalnya aku yakin aku bisa mempertahankan idealisme ini. Tapi makin ke sini aku pikir terlalu memaksakan diri. Konsep minimalis itu bukan untuk menyiksa, tapi justru untuk membuat hidup lebih baik. Jadi kalau di bagian hobi kita lebih suka jadi maksimalis, enggak masalah juga sebenarnya.

Jadi untuk ini aku sadar, yang membuat sulit adalah idealisme diriku sendiri. Sekarang aku mau tetap mengikuti hobiku, namun lebih bijak. Misalkan aku ingin mencoba produk baru, sebisa mungkin aku cari yang green beauty, jika enggak ada yang cocok, baru aku pilih produk konvensional. Namun aku enggak akan beli sesuatu hanya untuk membuat blog aku viral atau karena nanti pageviews-nya tinggi.


RENCANA KE DEPAN


BANYAK. Hahaha. Ingin hanya membeli sustainable & ethical fashion items, selalu sedia botol minum dan tempat makan di dalam tas agar enggak lagi pakai plastik sekali pakai tiap jajan camilan, ingin berbenah dan menata ulang kamar supaya jadi minimalist bedroom dan ingin menularkan minimalist lifestyle ini ke teman-teman lainnya. Tapi ini ibarat anak TK dengan cita-cita jadi pilot, sih, alias masih jauh!

Maaf banyak curhat di tulisan kali ini. Semoga aku bisa mempertahankan komitmen gaya hidup ramah lingkungan dan minimalis ku ini, ya teman-teman. Ganbatte, fighting!
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

Halo aku Dilla, tinggalnya di Jakarta

Blog ini isinya cukup gado-gado, seputar gaya hidup. Tetapi saat ini aku fokus pada gaya hidup minimalis, ramah lingkungan dan slow living. Aku berusaha "berkenalan lebih dekat" dengan setiap barang yang aku punya. Tapi aku bukan pakarnya, aku juga pemula.

Semoga apa yang aku tulis bisa memberikan manfaat, ya. Walaupun terkadang ada selipan sponsor di blog ini, namun aku berharap menulis tidak sekedar mengais, tetapi bermakna untuk sesama.

diah.fdilla@gmail.com

Popular Posts

  • Review, Tips & Trik Kindle E-Book Reader (Indonesia), Worth It or Not?
    Akhirnya aku pindah dari buku cetak ke buku digital! Aku sebenarnya mulai tertarik untuk pindah karena melihat e-book reader Crema Soundup ...
  • Pengalaman Belanja di MUJI Online Shop Indonesia
    Siapa dari kalian yang suka juga melihat barang-barang MUJI yang selalu terlihat estetik? Kalau aku sendiri apabila lagi mampir ke Grand Ind...
  • Mengadaptasi Budaya Korea: Mencuci Sampah
    Aku sangat kagum dengan sistem pengelolaan sampah di Korea Selatan. Dari beberapa video yang aku tonton di Youtube, setiap rumah tangga puny...
  • Review Buku Self Acceptance by 88 Love Life Diana Rikasari & Dinda Puspitasari
    Awalnya aku ingin membuka artikel ini dengan menceritakan opiniku tentang self acceptance . Namun aku batalkan karena terlalu kompleks....
  • Review Scarlett Whitening Body Lotion Freshy (Wanginya Mirip Jo Malone!)
    Semenjak coba body lotion dari Scarlett Whitening, sekarang tujuan pakai body lotion bukan hanya supaya kulit menjadi lebih lembap, tetapi...
  • Hidup Minimalis Membuatku Lebih Efisien
    Tulisan ini enggak akan panjang. Tiba-tiba aku terpikir tentang gaya hidup minimalis membuat aku bergerak lebih cepat di kehidupan sehari-ha...
  • Review 3 Pulpen Best Seller asal Jepang (MUJI, Sarasa, Kokoro)
    Saat menghadiri acara Facebook di tahun lalu, aku mendapat beberapa perangkat alat tulis untuk mencatat materi acara tersebut. Salah satunya...
  • Foto Before After 28 Hari Pakai SK-II FTE, Apa Perubahan yang Aku Rasain?
    Cukup panjang perjalanan untuk membuat artikel ini. Namun, karena faktor penasaran akhirnya aku coba juga. Bagi para penyuka skincare pasti ...
  • Tokopedia Haul: Sendok Kayu ala Korea
    Akhirnya aku punya sendok estetik seperti di vlog Korea! Yay ! Hehehe . Semoga artikel ini bisa membantu untuk kalian yang sedang mencari-c...
  • Review Burger King Plant Based Whopper, Yay or Nay? - Vegie Festive
    Aku mau membuat segment baru untuk blog ini, yaitu Vegie Festive! Aku berencana untuk review satu menu vegetarian setiap bulannya. Yes, samp...

Translate

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2022 (9)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (26)
    • ►  Desember 2021 (3)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Agustus 2021 (2)
    • ►  Juli 2021 (1)
    • ►  Juni 2021 (4)
    • ►  Mei 2021 (4)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (2)
    • ►  Januari 2021 (4)
  • ►  2020 (54)
    • ►  Desember 2020 (5)
    • ►  November 2020 (3)
    • ►  Oktober 2020 (5)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  Agustus 2020 (5)
    • ►  Juli 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (7)
    • ►  April 2020 (2)
    • ►  Maret 2020 (7)
    • ►  Februari 2020 (7)
    • ►  Januari 2020 (4)
  • ▼  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (7)
    • ►  November 2019 (6)
    • ►  Oktober 2019 (6)
    • ►  September 2019 (7)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juli 2019 (6)
    • ▼  Juni 2019 (3)
      • Membuat Americano ala Korea dengan Kopi Kapal Api
      • Review Hybrid Sunscreen from Miniso - Refresh Wate...
      • Menuju Ramah Lingkungan dan Minimalis 2019?! - Amin!
    • ►  April 2019 (2)
  • ►  2018 (54)
    • ►  Desember 2018 (2)
    • ►  November 2018 (3)
    • ►  Oktober 2018 (5)
    • ►  September 2018 (6)
    • ►  Agustus 2018 (5)
    • ►  Juli 2018 (3)
    • ►  Juni 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (5)
    • ►  Februari 2018 (6)
    • ►  Januari 2018 (10)
  • ►  2017 (80)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (10)
    • ►  Oktober 2017 (7)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  Agustus 2017 (5)
    • ►  Juli 2017 (8)
    • ►  Juni 2017 (8)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  Maret 2017 (6)
    • ►  Februari 2017 (5)
    • ►  Januari 2017 (5)
  • ►  2016 (37)
    • ►  Desember 2016 (7)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (2)
    • ►  September 2016 (4)
    • ►  Agustus 2016 (5)
    • ►  Juli 2016 (6)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (2)
    • ►  April 2016 (2)
    • ►  Februari 2016 (3)
    • ►  Januari 2016 (4)
  • ►  2015 (34)
    • ►  Desember 2015 (2)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (2)
    • ►  Juli 2015 (1)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  Mei 2015 (4)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (6)
    • ►  Februari 2015 (5)
    • ►  Januari 2015 (10)
  • ►  2014 (50)
    • ►  Desember 2014 (6)
    • ►  November 2014 (8)
    • ►  Oktober 2014 (8)
    • ►  September 2014 (7)
    • ►  Agustus 2014 (4)
    • ►  Juli 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (4)
    • ►  April 2014 (3)
    • ►  Maret 2014 (1)
    • ►  Februari 2014 (2)
    • ►  Januari 2014 (2)
  • ►  2013 (50)
    • ►  Desember 2013 (4)
    • ►  November 2013 (13)
    • ►  Oktober 2013 (3)
    • ►  September 2013 (5)
    • ►  Agustus 2013 (6)
    • ►  Juli 2013 (1)
    • ►  Mei 2013 (5)
    • ►  April 2013 (4)
    • ►  Maret 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (6)
  • ►  2012 (11)
    • ►  Desember 2012 (7)
    • ►  November 2012 (4)

Readers

Indonesian Hijab Bloggers

Indonesian Hijab Bloggers

Indonesian Female Bloggers

Indonesian Female Bloggers

Indonesian Beauty Blogger

Indonesian Beauty Blogger

BEAUTIESQUAD

Warung Blogger

Warung Blogger

Created with by BeautyTemplates